By Republika Newsroom
JAKARTA-- Memberikan air susu ibu (ASI) pada bayi merupakan yang terbaik. Namun, bagaimana jika pemberian ASI tidak memungkinkan dan bayi mengalami alergi susu formula yang terbuat dari susu sapi? Tentu hal tersebut akan membingungkan orangtua.
Biasanya gejala alergi ditandai dengan mencret, muntah, sembelit, buang air besar berlendir dan berdarah. Terkadang, dibarengi dengan batuk pilek, dan yang paling parah muncul gejala syok anafilaksis.
Untuk memastikannya, coba hentikan pemberian susu formula yang terbuat dari susu sapi itu selama dua hingga empat minggu. Setelah itu, coba berikan susu lagi. Jika terjadi reaksi yang sama, berarti benar bayi alergi susu sapi.
Menurut dr. Badriul Hegar,Sp.A (K) dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Ciptomangunkusumo, untuk bayi yang mengidap alergi susu sapi, ada dua jenis susu khusus yang bisa diberikan. Susu khusus itu adalah susu formula asam amino atau susu formula protein hidrolisat ekstensif.
"Untuk bayi di bawah enam bulan, makanan utamanya kan susu. Kalau ibunya sulit memberikan ASI maka mau tak mau harus menggunakan susu khusus," kata dr. Hegar, yang kerap menangani bayi dengan masalah pencernaan.
Susu formula protein hidrolisat ekstensif adalah jenis susu yang sudah mengalami proses pemecahan protein. Beberapa protein yang menyebabkan alergi dipisahkan agar tidak ikut terkonsumsi bayi.
Lalu, apa yang dimaksud susu formula asam amino? Susu itu merupakan produk susu yang sudah menjalani proses lebih panjang lagi. Dalam proses itu diketahui bahwa kandungan dalam susu sapi yang benar-benar berguna untuk tubuh bayi adalah asam amino. Sehingga dibuatlah susu berbahan dasar asam amino yang mengandung protein dalam bentuk sederhana.
Idealnya, kata dr Hegar, bayi yang mengidap alergi susu sapi mengonsumsi susu formula asam amino ketimbang susu formula protein hidrolisat ekstensif. Dalam terapi, penggunaan susu formula protein hidrolisat ekstensif masih ditemukan kegagal an sekitar 10 sampai 30 persen.
"Rasa susu asam amino juga lebih enak di banding dengan susu hidrolisat," katanya.
Hanya saja, harga susu formula asam amino memang lebih mahal. Karena itu, untuk tahap awal terapi, dapat digunakan susu formula protein hidrolisat ekstensif. Jika menunjukkan hasil yang positif, bisa diteruskan. Tapi jika tidak, sebaiknya segera diganti dengan susu formula asam amino. Namun pada kasus alergi susu sapi yang berat, ditandai dengan syok anafilaksis, susu formula asam amino sebaiknya digunakan sejak awal.
Dengan susu khusus tersebut, kondisi usus bayi bisa diperbaiki dalam waktu dua hari. "Setelah dua minggu, usus sudah bisa berfungsi normal.
Bagaimana dengan susu kedelai, tepatkah diberikan untuk bayi yang mengidap alergi susu sapi? Hal tersebut menurut dr Hegar kurang dianjurkan. "Sebab ditemukan sebanyak 30 sampai 40 persen bayi penderita alergi susu sapi juga alergi terhadap susu kedelai," tuturnya
Pada prinsipnya untuk mengatasi alergi maka si penderita harus dijauhkan dari alergen (bahan-bahan pemicu alergi). Artinya, pada bayi yang mengidap susu sapi, maka menjauhkan dia dari makanan berbahan susu sapi bisa membantu mengurangi alergi.
Satu hal lagi yang patut dicatat, kasus alergi susu umumnya akan hilang saat anak berusia satu tahun ke atas atau sudah berusia 15 tahun. Menurut data, sebanyak 56 persen bayi yang se belumnya menderita alergi susu, su dah menjadi toleran ketika berumur satu tahun. Sedangkan pada umur 15 tahun, 95 persen anak sudah tidak menderita alergi susu lagi. (c62/ri)
http://republika.co.id/berita/
No comments:
Post a Comment