Tuesday, November 16, 2010

Mashed Potato with Corn Soup

Another recipe, trial and error that is for the soup :D. For 8+ month baby.
 
Mashed Potato (untuk sekali makan)

1/2 Kentang besar. 
Cuci, kupas, potong kecil-kecil, dan kukus sampai empuk lalu haluskan dengan garpu. 
Bisa ditambahkan butter seujung sendok makan biar lebih gurih dan harum.


Corn Soup (untuk pagi dan sore - cemilan juga bisa)

1/2 bawang bombay kecil - tumis dengan butter
6 sdm jagung manis, haluskan (blender boleh buat mempersingkat waktu & menghaluskan tekstur)
Air matang secukupnya (tergantung kekentalan yang diinginkan)
Keju parut (lagi-lagi secukupnya, tergantung kegurihan & keasinan yang diinginkan)
Lada sejumput
1/4 batang daun bawang biar tambah harum

 Cara: 
Tumis bawang bombay dengan butter
Masukkan jagung dan tambahkan air matang, keju, dan lada
Masak hingga matang dan tambahkan daun bawang


Nah cara makannya, si sup bisa buat pendamping mashed potato. Sajikan selagi hangat. Mudah-mudahan si kecil sukaaa...

Monday, November 15, 2010

Bakwan Keju

Sabtu kemarin selain main hujan-hujanan sama Rasyad paginya juga sempat bikin sarapan bakwan buat dia. Ceritanya nimbrung sama Ni' nya yang lagi buatin bakwan 'beneran' buat Ayahnya. Sayurnya juga nebeng aja. Jadi, begini ceritanya *halah*.

Bahan:
50 - 100 gr Wortel, kol, jagung, cincang kasar
10- 20 gr Seledri/daun bawang 
1 sdm terigu
1 butir telur kocok lepas
Keju parut secukupnya (tergantung mau segurih apa)
Sejumput lada
Air matang buat mengencerkan
Butter sedikit buat diolesin di teflonnya

Cara:
Campur semua bahan sampai kekentalan yang diinginkan
Panggang di teflon dengan api kecil

Makan selagi hangat paling yummy...

Dancing in the Rain

It all started not long after he was born. He always have this fascination on waters. I remember one day when we bath him in his tub (by then I didn't have the nerve to do it  myself), he would clap his hands to the water as if ready to fly, and throw his feet up and down so by the end of the bathing session the whole room was full with puddle. He was laughing with his little voice, feeling so happy. He was only two months old.

When I saw that I promised to him, and more to myself, that I would take him playing in the rain when he is one year old. The promise itself is a selfish thing, as I want to be the only person to introduce life to him. Seems that the rest of the people don't know life better than I do, and all of them would only stain my innocent son. The truth: I am no better than you. It's just I love my son so much, that I can't stand to imagine others to be in his memory. Like I said, it's a selfish thing.

Growing to be a healthy and unstoppable son that he is, his love to water and rain grows. So last Saturday I broke  my own vow. I took him to a journey that all grown up people miss, all kids envy. A thing that I haven't done anymore in ages ( I think it's the 'adult thing') and missing it. I took him to play in the rain.

Since it was heavy raining and we can't play outside, I put him in the door (his Dad had put this thick wood, half door size as a sliding door to avoid rats visiting the house), where he still can see and feel the splash of rain. He stretched out his hand as if to touch the pouring rain. His eyes were blinking because of the splashed water. And he was so excited he started to screams and laugh, and looked at me with his round eyes. Suddenly I felt an urge to just do it. So then, I took him out. Holding him is my arms and dancing in the rain. The sound of the rain might beat out my singing voice, but I know he car hear it. I know my son can listen my singing heart promising to never let go of these hands. Even when the rain comes and go, I will stay. Even when things gets harder later, I will stay.

My son, it is never about waiting the storm to pass, it is about dancing in the rain.


Bunda loves Rasyad

Thursday, November 11, 2010

Pancake Pisang Kismis

Berhasil berhasil berhasil ^,^

Akhirnya bunda ada kesempatan juga buat sarapan pancake Rasyad, dan berhasil!!! Rasanya enak, sampe ayah dan bunda mau juga. Tapi berhubung bikinnya sedikit jadi semua buat Rasyad deh (si ayah sempet nyobain dan keenakan, tapis setelah itu bunda baru ingat dan bilang kalo pancakenya pake ASIP hahahaha).
Senangnya melihat Rasyad makan lahap, mengunyah-ngunyah potongan pancake dengan mulut kecilnya.

Nah, bagi yang mau coba bikin buat anaknya (bisa buat anak mulai 9 bulan ya), ini dia resep si pancake pisang kismis tadi pagi (kalo si Ni' nya bilang " Asik ya Rasyad sarapan pake martabak" hahahahahaha).

Bahan:
1 buah pisang ambon, kerok dagingnya
1 sdm terigu
Kismis sejumput, cincang
5 gr (setengah pack kecil) unsulted butter, cairkan
ASIP 40-50 ml, tergantung kekentalan yang diinginkan
1 butir telur (atau kuning telurnya saja untuk anak dibawah setahun)

Cara buat:
Campurkan semua bahan
Olesi teflon dengan sedikit unsulted butter, masukkan adonan sesuai dengan besar bulatan yg diinginkan
(kalau bunda pake teflon kecil yang ukuran buat goreng telor)
Kompornya api kecil saja (dengan ini adonan tidak perlu dibolak balik karena matangnya merata)

Hasil pancake Rasyad: pisangnya terasa banget, manisnya juga alami dari pisang dan kismis. Sehat deh pastinyaaa. Selamat mencoba ya!

Nb: Foto menyusul ya, habis tiap pagi pasti di rumah heboh. Jadi, boro-boro sempet motoin hasilnya ^^.

Wednesday, November 10, 2010

Manusia Lahir dan (Pasti) Mati

You would know the secret of death.
But how shall you find it unless you seek it in the heart of life? 
(Kahlil Gibran on Death)


Katanya tua itu pasti, tapi dewasa adalah pilihan. Sama halnya dengan mati itu pasti, namun menjalani hidup 'live the life' merupakan pilihan. Manusia itu seperti ranting daun kecil yang selalu tertiup bila angin datang, dan patah kalau badai menerjang. Manusia itu seperti ranting kecil yang dapat menuliskan kata di atas pasir, walau air pasang dan tanpa waktu akan menghapusnya. Namun yang pasti kata itu telah pernah tertulis.

Tulisan pertama ini khusus saya buat untuk mengenang dua sahabat yang pergi begitu cepat, meninggalkan impian, memori, kata maaf, dan pelukan hangat di belakangnya. Tanpa pamit, seperti ingin mengabarkan kepergiannya hanya kepada angin agar tiada hati yang condong kasihan. Walaupun mengasihani bukan selalu memandang setengah hati tapi cerminan rasa sayang. Walau dengan melihat mereka merintih tidaklah kita akan berpaling risih, tapi dengan hati lapang memberikan dada dan rengkuhan untuk menenangkan.

Kawan, maaf kalau kata maaf selalu datang terlambat. Maaf untuk selalu sibuk dengan alasan ketika kau mungkin membutuhkan. Maaf untuk semua rasa iri, rasa dengki, cemburu yang mungkin pernah menyinggahiku. Pergilah kawan, aku ikhlaskan kau walau sakit hati ini sewaktu meninggalkan kesempatan untuk melihatmu terakhir kali. Sampai jumpa lagi.

In memory of Dian Utami Dewi dan M. Ari Satriana